%0 Thesis %9 S3 %A Wiharsih, Rumi %B Program Pascasarjana %D 2014 %F UNY:25808 %I UNY %K Pendidikan Karakter, Ketahanan budaya, Seni tari, Etnografi %T Pengembangan Pendidikan Karakter melalui Seni Tari Klasik Gaya Yogyakarta di SMKN I Kasihan Bantul: Sebuah Kajian Etnografi %U http://eprints.uny.ac.id/25808/ %X Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menggali : (1) konsep ketahanan budaya pada murid SMK ( Seni Tari ) menyangkut masalah-masalah yang muncul, penyebab, gejala, tantangan-tantangan, dampak yang mengikutinya sehingga akan memperkaya pemahaman masyarakat tentang ketahanan budaya, (2) memahami struktur berpikir siswa tentang pendidikan karakter, sehingga secara simbolik pembentukannya mampu dijelaskan berdasarkan kajian etno-edukasi dengan pendekatan etnosains, teori simbol dan structural, (3) menjelaskan gambaran konteks yang komprehensif mengenai konsep-konsep ketahanan budaya dan pengaruhnya terhadap aktivitas fisik siswa, sosial siswa, budaya siswa, ekonomi, serta mengidentifikasi butir-butir pendidikan karakter yang terlihat didalam proses pembelajaran, perangkat lunak/kurikulum yang digunakan di sekolah. Secara konseptual dan prosedural, penelitian ini adalah penelitian etnografi, dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Studi etnografi mengenai etno-edukatif dilakukan di SMK N 1 Kasihan, Bantul. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMK N 1 Kasihan yang terdiri dari siswa Kompetensi Keahlian Seni Tari, Kompetensi Keahlian Karawitan, Kompetensi Keahlian Pedalangan, Kompetensi Keahlian Teater, Guru-guru SMK N 1 Kasihan, Kepala Sekolah, dan Karyawan. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer berupa studi lapangan, wawancara, dan partisipasi observasi, dokumentasi foto maupun video, untuk data sekunder menggunakan buku teks, jurnal, kurikulum dibuat kategorisasi dan klasifikasi berdasar butir pendidikan karakter. Teknik analisis menggunakan teori structural, model of dan model for, berdasar pada kaidah etno-sains/etno-edukasi, untuk menggambarkan keanekaragaman pendidikan karakter. Pengamatan sikap pendidikan karakter dilakukan dalam proses belajar mengajar yang berakar pada budaya setempat. Pendekatan yang digunakan adalah etnosains/fenomenologi. Temuan di lapangan menunjukkan adanya : (1) konsep pendidikan karakter di SMK N 1 Kasihan menggunakan indigenous-concept pada kompetensi keahlian Seni Tari yaitu olah rasa dalam Kawruh Joged Mataram: sawiji, greged, sengguh, dan ora mingkuh dengan evaluasi pada aspek wiraga, wirama, wirasa, Kompetensi keahlian Seni Karawitan, menggunakan falsafah guyub,rukun, sakiyeg sakeka praya/kapti, Kompetensi keahlian Pedalangan, menggunakan falsafah manjing, ajur, ajer, Kompetensi keahlian Teater menggunakan falsafah mandhireng pribadi. (2) Kawruh Joged Mataram merupakan simbol dari olah rasa dalam teori kepribadian timur yang disebut Kramadangsa yaitu perkembangan kepribadian dalam empat tingkat yaitu dimensi satu adalah fisik, dimensi dua adalah isian catatan-catatan, dimensi tiga adalah Kramadangsa, dimensi ke empat adalah Manungsa Tanpa Ciri). (3) Konsep Sawiji selaras dengan konsep keutuhan dalam pendekatan Gestalt, yaitu untuk mencapai suatu keutuhan dibutuhkan kesadaran. Sawiji akan dicapai seorang penari jika penari mampu memahami secara utuh dan menyeluruh tentang proses yang dialami dalam menari akan membawa penari pada suatu keadaan yang tulus ikhlas, mengalir, dan tanpa paksaan. Greged selaras dengan konsep motivasi, dorongan dari dalam diri berupa semangat untuk menarikan suatu tarian, perilaku yang timbul berupa gerakan menari yang ditarikan penuh isi dengan tujuan untuk menari secara tepat. Sengguh dalam diselaraskan dengan konsep efikasi diri, yaitu seorang penari akan bisa mengukur kemampuannya dalam menarikan suatu tarian, mampu menghadapi tingkat kesulitan-kesulitan dalam menari mampu memerankan tokoh dengan baik, mantap dalam menarikan suatu tarian dan tidak setengah-setengah dalam melakukan gerak tarian. Ora Mingkuh selaras dengan konsep adversity. Adversity mula-mula ditunjukkan dengan pemahaman tentang tarian dan peran yang akan dibawakan. Kedua hal tersebut membuat penari mempunyai keyakinan diri untuk mampu menari dan mengendalikan situasi yang dihadapi dengan keyakinan tersebut, diharapkan penari disiplin dalam berlatih tari dan pantang menyerah.