%0 Generic %A Nurfina, Az.N %A Sri, Atun, Ph.D %A LPPM UNY, %D 2012 %F UNY:24533 %K Kaempferia rotunda; mekanisme molekuler; antikanker %T POTENSI RIMPANG TUMBUHAN KUNCI PEPET (KAEMPFERIA ROTUNDA) SEBAGAI ANTIKANKER %U http://eprints.uny.ac.id/24533/ %X Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi senyawa bioaktif dari rimpang tumbuhan Kaemferia rotunda (kunci pepet) yang berpotensi sebagai antikanker. Target khusus yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan senyawa murni, struktur molekul berdasarkan data spektroskopi yang lengkap, data aktivitas sitotoksik terhadap beberapa cell line kanker, seperti sel cell line kanker seperti Breast carcinoma (MCF-7); Cervical carcinoma (Ca Ski); T47-D; HCT 116; A549; WiDr; Hela S3 atau yang lainnya. Selanjutnya senyawa yang menunjukkan sifat toksis perlu dilanjutkan untuk mengetahui mekanisme aktivitas antiproliferasi, apoptosis, dan siklus penghambatan terhadap cell lines kanker. Penelitian ini dilakukan di laboratium Kimia Organik Universitas Negeri Yogyakarta untuk isolasi senyawa bioaktifnya serta di Faculty of Science, University of Malaya dan Laboratorium Parasitologi fakultas Kedokteran UGM untuk uji aktivitas sitotoksiknya terhadap beberapa cell lines kanker. Metode penelitian yang telah dilakukan adalah dengan melakukan eksperimen di laboratorium yang meliputi isolasi dan pemurnian senyawa, uji sitotoksisitas, mekanisme molekuler aktivitas senyawa tersebut sebagai antiproliferasi, apoptosis, dan siklus penghambatan terhadap beberapa cell lines kanker. Aktivitas antiproliferasi dilakukan dengan MTT Cell Proliferation Kit menggunakan metode kolorimetri yang diukur berdasarkan pembentukan warna pada λ 570 nm dari cell kontrol dan akibat perlakuan penambahan sampel pada berbagai variasi konsentrasi. Pengamatan apoptosis dilakukan dengan menggunakan double stain apoptototic Kit (Hoeschst 33342/PI) dan flow cytometric, serta pengamatan sel setelah perlakuan menggunakan flourecent microscup. Beberapa ekstrak rimpang kunci pepet menunjukkan aktivitas sitotoksik yang relatif lebih tinggi terhadap beberapa sel kanker yaitu MCF-7, Ca Ski, T47D, HeLa, dan WiDr (aktivitas sitotoksik <100 µg/ml). Dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak kloroform memiliki aktivitas sitotoksik yang relatif paling tinggi dibanding yang lainnya. Dari ekstrak etil asetat diperoleh tiga senyawa yaitu 4’-hidroksi-7-metoksiflavanon, 5-hidroksi-7-metoksiflavanon, dan 4’,7-dihidroksiflavanon. Sedangkan dalam ekstrak kloroform ditemukan dua senyawa yaitu 5-hidroksi-7-metoksiflavanon dan 4’, 7-dihidroksiflavanon. Uji aktivitas senyawa flavanon menunjukkan 4’,7-dihidroksiflavanon memiliki aktivitas sitotoksik yang tinggi terhadap sel kanker HCT 116 (19,7 ± 0,9 µg/ml) dan Ca ski (22,4 ± 2,0 µg/ml). Sedangkan 5-hidroksi-7-metoksiflavanon menunjukkan aktivitas sitotoksik yang tinggi terhadap sel kanker HCT 116 (22,3 ± 2,5 µg/ml). Pengamatan secara kualitatif dan kuantitatif terjadinya apoptosis menunjukkan bahwa 4’-7-dihidroksiflavanon relatif lebih reaktif mempercepat terjadinya late apoptotic sel kanker HCT 116. %Z LAPORAN PENELITIAN KERJASAMA INTERNASIONAL TAHUN ANGGARAN 2012