%0 Thesis %9 S1 %A Martiningsih, Erma %B Bahasa dan Sastra Indonesia %D 2012 %F UNY:22229 %I Universitas Negeri Yogyakarta %K alih kode, campur kode %T ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PENGAJIAN DI LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT %U http://eprints.uny.ac.id/22229/ %X Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses alih kode dan campur kode, serta faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode dalam Pengajian di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Subjek penelitian ini adalah tuturan penceramah atau tuan guru, sedangkan objek penelitian adalah tuturan yang mengandung alih kode dan campur kode dalam pengajian di Lombok Timur NTB. Data diperoleh dengan teknik menyimak tanpa partisipasi dan merekam. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif dengan langkah pengkodean dan pengklasifikasian data. Keabsahan data diperoleh melalui uji validitas dan realibilitas. Uji validitas menggunakan validitas semantik, sedangkan reabilitas menggunakan intra-rater dan inter-rater. Dari hasil penelitian ini, diperoleh empat kesimpulan. Pertama, jenis alih kode berupa alih kode internal yang meliputi alih kode antarbahasa dan alih kode antarragam. Alih kode antarbahasa yang ditemukan dalam penelitian ini adalah alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Sasak. Alih kode antarragam yang ditemukan dalam penelitian ini adalah alih kode dari ragam resmi ke ragam santai dan ragam santai ke ragam resmi. Kedua, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode adalah a) pencapaian tujuan tertentu misalnya, memberitahukan sesuatu, menjelaskan sesuatu, menanyakan sesuatu, dan menyarankan sesuatu, b) perubahan topik pembicaraan, c) penguasaan bahasa penutur misalnya, lebih mudah mengungkapkan maksud, tidak mampu menggunakan kode secara konsisten, dan kesulitan mencari padanan kalimat. Ketiga, jenis campur kode yang ditemukan dalam penelitian ini adalah campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Pencampuran kode ke dalam terjadi pada bahasa Sasak yang dicampurkan ke dalam bahasa Indonesia. Pencampuran kode tersebut terjadi dengan ditandai bentuk penyisipan kata, frasa, klausa, dan istilah. Pencampuran kode ke luar terjadi pada bahasa Arab dan bahasa Sasak yang dicampurkan ke dalam bahasa Indonesia. Pencampuran kode tersebut terjadi dengan ditandai bentuk penyisipan kata, frasa, reduplikasi, kutipan dan istilah. Keempat, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah a) ketiadaan padanan kata yang tepat, b) pencapaian tujuan tertentu misalnya, menyesalkan suatu keadaan, menyatakan larangan, mengharapkan sesuatu, menyatakan rasa syukur, memperjelaskan sesuatu, memberitahukan sesuatu, menyarankan sesuat, mempertegas sesuatu, dan menghormati, c) kesulitan mencari padanan kata, d) pengaruh bahasa asli, e) perubahan topik pembicaraan, dan f) peniruan kalimat lain.