%I Universitas Negeri Yogyakarta %D 2014 %T PEMIKIRAN-PEMIKIRAN FILOSOFIS W. F. NIETZSCHE DALAM ROMAN ALSO SPRACH ZARATHUSTRA: SEBUAH KAJIAN FILSAFAT POSTMODERN %K pemikiran filosofis, nietzsche, roman, kajian filsafat postmodern %X Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemikiran filosofis Nietzsche pada roman Also Sprach Zarathustra karya W. F. Nietzsche. Pendekatan penelitian adalah pendekatan ekspresif karena penelitian ini mengkaji peranan pengarang sebagai pencipta karya sastra. Data penelitian ialah teks berupa kalimat, kata maupun frasa yang mengandung pemikiran filosofis Nietzsche dianalisa dan disimpulkan sebagai hasil penelitian. Sumber data penelitian adalah roman Also Sprach Zarathustra karya Wilhelm Friedrich Nietzsche yang terbit tahun 1994, oleh penerbit Philipp Reclam jun. GmbH & Co., Stutggart, tebal halaman sebanyak 368 halaman. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah baca catat. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dibantu buku catatan data. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Validitas data yang digunakan adalah validitas data semantik dan validitas expert judgement. Reliabilitas data yang digunakan adalah reliabilitas intrarater dan interrater. Teori yang digunakan adalah filsafat Postmodern. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antara sastra dengan filsafat dapat memiliki keterkaitan. Hal ini ditunjukkan Nietzsche yang menuangkan gagasan filsafatnya dalam karya sastra. Pemikiran filosofis Nietzsche dapat dibagi dalam 5 pokok pikiran, yakni kehendak untuk berkuasa, Tuhan telah mati, nihilisme, Übermensch, kembalinya sesuatu yang sama yang abadi. Kehendak untuk berkuasa sebagai opus magnum dari seluruh pemikiran filosofisnya. (1) Kehendak untuk berkuasa adalah benda pada dirinya sendiri. Kehendak untuk berkuasa turut menentukan esensi dari segala sesuatu yang ada di dunia ini, Nietzsche mengatakan dunia adalah Kehendak; (2) Tuhan telah mati berisi tentang peranan agama dalam hidup manusia dan manusia menggunakan agamanya untuk tujuannya sendiri; (3) Nihilisme ialah suatu paham bahwa sesungguhnya yang terjadi di dunia ini adalah chaos, semua benar sekaligus salah tergantung menurut pandangan masing-masing individu. Nietzsche menyimpulkan manusia harus selalu merombak nilai yang telah mereka ciptakan sehingga tidak terjadi dekadensi; (4) Übermensch ialah manusia yang mampu meresapi dan membuat nilai baru untuk dirinya, bukan mengikuti nilai yang diciptakan orang lain; (5) Kembalinya sesuatu yang sama yang abadi adalah refleksi dari semua kejadian dunia, yakni varian baru yang diiulang-ulang. Kelima pemikiran tersebut membentuk layaknya sebuah cincin. %A Nurita Meliana %L UNY21530