%D 2012 %I Fakultas Ilmu Sosial %T RADEN MAS PANJI SOSROKARTONO: PERAN DAN PEMIKIRANNYA DI ERA PERGERAKAN NASIONAL (1899-1945) %L UNY20563 %A Dieka Wahyudha Mardheni %X Penelitian ini dilatar belakangi oleh keinginan penulis agar Sosrokartono yang merupakan kakak Kartini agar bisa dikenang kembali. Sosrokartono merupaka salah satu orang jenius di zamannya, karena berhasil menguasai 17 bahasa asing baik aktif maupun pasif. Pada tahun 1899 Sosrokartono berhasil menjadi orang pertama dari Indonesia yang berpidato didepan para ahli bahasa Belanda pada Kongres bahasa yang diselanggarakan ANV di Gent. Sosrokartono juga mengambil bagian sebagai penyusun ADART di Indische Vereniging dan berhasil memberikan beberapa sumbangannya. Di dunia Pers Sosrokartono pernah menjadi bagian dari majalah Bendera Wolanda dan pada tahun 1917 menjadi koresponden untuk The New York Herald. Di Bandung ia Mendirikan perpustakaan dan rumah pengobatan yang bernama Darussalam. Tempat Sosrokartono mengabdikan hidupnya hingga ajal menjemput. Metode penelitian yang penulis gunakan ialah metode penelitian historis. Tujuannya, karya yang dihasilkan dapat objektif, lepas dari ikatan kepentingan kelompok, kebangsaan, ideologi, dan berbagai macam hal yang kiranya dapat menjadikan penulisan ini subjektif. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menggunakan metode penelitian yang dikemukakan Nugroho Notosusanto. Metode tersebut terdiri dari empat tahap. Keempat tahap yang dimaksud terdiri dari: heuristik, verifikasi, interpretasi, historiografi. Penelitian ini berhasil menyimpulkan tiga hal, pertama Sosrokartono berhasil mewarisi pemikiran PA Tjondronegoro, bahwa pendidikan adalah pintu menuju kemajuan. Kedua, Sosrokartono berhasil menunjukan bahwa bangsa Indonesia mampu menjadi bangsa yang maju jika diberi kesempatan. Karena itu Sosrokartono memintanya ketika berpidato di Kongres bahasa. Terakhir Sosrokartono yang telah melanglang buana di Eropa ingin menularkan pengalaman dan ilmunya ke bangsa sendiri. Meneruskan cita cita Kartini Sosrokartono mendirikan perpustakaan dan rumah pengobatan yang diberi nama Darussalam. Dengan berbagai analisis filsafat dan pegangan hidup Sosrokartono berubah memilih untuk menjadi seorang spiritualis namun tetap rasional. Di Darussalam adala pelabuhan perjuangan terakhir Sosrokartono, dalam keadaan berjuang Sosrokartono dipanggil Yang Maha Kuasa pada tahun 1952 pada usia 75. Kata Kunci: Sosrokartono, Indische Vereniging, Darussalam