%0 Thesis %9 S1 %A ROMIANA, EMI %A Agus Murdiyastomo, %B Ilmu Sejarah %D 2013 %F UNY:20485 %I Fakultas Ilmu Sosial %T LAHIR DAN PERUBAHAN LANGENDRIYAN PADA MASA PEMERINTAHAN MANGKUNEGORO IV ( 1853-1881 ) %U http://eprints.uny.ac.id/20485/ %X Langendriyan adalah salah satu bentuk drama tari Jawa yang memfokuskan pada unsur tari dan unsur suara. Langendriyan di Surakarta pada mulanya tumbuh di Mangkunegaran pada zaman pemerintahan K.G.P.A.A. Mangkunegoro IV (1853-1881). Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai lahir, perubahan, dan dampak perubahan Lengendriyan pada era Mangkunegoro IV terhadap masyarakat Mangkunegaran. Penelitian ini menggunakan metode sejarah kritis yang terdiri dari empat tahap yaitu (1) Heuristik dilakukan dengan pencarian dan pengumpulan sumber primer maupun sekunder yang relevan dengan penelitian. (2) Kritik sumber (Verifikasi) dilakukan dengan penilaian dan pengujian terhadap sumber sejarah sehingga dapat ditentukan otentitasnya dan kredibilitas sumber sejarah secara akumulatif untuk memperoleh fakta sejarah. (3) Interpretasi dilakukan dengan menafsirkan, menganalisis, dan menghubungkan fakta-fakta sejarah. (4) Penulisan menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk karya tulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi dan situasi Mangkunegaran tahun 1853 mengalami krisis keuangan yang hebat sebagai akibat berjangkitnya hama pada tanaman kopi dan munculnya gula bit di eropa. Terjadinya krisis sosialekonomi justru membangkitkan para pujangga untuk menegakkan kembali nilainilai dan norma-norma tradisional warisan nenek moyang. Mangkunegoro IV adalah seorang seniman besar yang menghasilkan karya sastra antara lain: Serat Tripama, Manuhara, Yogatama, Pamiminta, Pralambang Lara Kenya, Resepen Prayasmara, Sendhon Langenswara dan karya yang paling terkenal adalah Wedhatama. Langendriyan di Surakarta pada mulanya tumbuh di Mangkunegaran pada zaman pemerintahan K.G.P.A.A. Mangkunegoro IV (1853-1881). Langendriyan adalah salah satu bentuk drama tari Jawa yang menitik beratkan pada unsur tari dan unsur suara, seluruh dialog dalam dramatari ini dilakukan dengan tembang, oleh karena itu dramatari ini disebut pula opera Jawa. Dalam bentuk penyajiannya semula melakukan tembang dalam posisi jengkeng dan melakukan peralian dengan gerak laku dhodhok. Dalam Perubahan Langendriyan yaitu para peraganya disertai dengan susunan tari, yang dilakukan dengan berdiri. Semua penari dilakukan oleh penari wanita. Selain itu juga di lakukan perubahanperubahan dalam susunan tari, karawitan maupun tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam lakon. Kata Kunci: Perubahan, Langendriyan, Pemerintahan Mangkunegoro IV